1. Pengertian Emosi
Emosi merupakan perasaan-perasan yang dipengaruhi dari warna afektif. Warna afektif yang dimaksud disini adalah perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari. Disamping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, senang, cinta, marah, takut, cemas dan benci. Pada saat emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa:
a. Peredaran darah ; bertambah cepat bila marah
b. Reaksi elektris pada kulit ; meningkat bila terpesona
c. Denyut jantung ; bertambah cepat bila terkejut
d. Pernapasan ; bernapas panjang kalau kecewa
e. Pupil mata ; membesar bila marah
f. Bulu roma ; berdiri kalau takut, dsb.
Karakteristik Perkembangan Emosi
a. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain.Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
1. kemarahan dan permusuhan
rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
d. Ketakutan dan Kecemasan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yangSemarang atau masa depan yang tidak menentu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
3. Hubungan antara emosi dan tingkah laku
Seorang yang kadang mengalami emosi, akan mempengaruhi tingkah laku yang ia lakukan. Misalnya, dia akan merasa kesulitan berbicara, ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Sikap-sikap takut,malu-malu atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi-situasi tertentu.
4. Perbedaan individual dalam perkembangan Emosi
Perbedaan perkembangan emosi pada anak sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya., dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingan dengan anak-anak yang kurang pandai. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.
5. Pengertian dan saling keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku.
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya, adat kebiasaan dan sopan santun (sutikna, 1988:5).nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang termasuk dalam sila kemanusiaan yang beradil dan beradab, antara lain:
a. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
b. mengembangkan sikap tenggang rasa
c. tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dsb.
Kaitannya antara nilai dan moral:
Moral adalah ajaran tenggang baik-buruk, perbuatan, kelakuan akhlak, kewajiban, dsb.(purwa darminto, 1957:957). Dalam kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai hidup maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud. Dengan demikian keterkaitan antara nilai, moral dan sikap tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai.
6. karakteristik nilai, moral dan sikap remaja.
Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja menurut michael yaitu:
a. pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrae
b. keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c. penilaian moral menjadi semakin kognitif
d. penilaian moral menjadi kurang egoistik
e. penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal
dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kolhberg mengemukakan 6 tahap(stadium) perkembangan moral.Ada tinkat perkembangan moral menurut kolhberg, yaitu tingkat:
1. prakonvensional
2. konvensional
3. postkonvensional
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Teori-teori lain yang lain yang nonpsikoanalisis beranggapan bahwa hubungan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh kohlberg menunjukan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Dalam perkembangan nilai kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Moral yang sifatnya penalaran menurut kohlberg perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget.
8. Perbedaan individual dalam perkembangan nilai, moral, dan sikap
Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi(kohlberg, 1963). Menurut kohlberg, faktor kebudayaan mempengaruhi perkmbangan moral. Terdapat rangsangan yang diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tahap perkembangan moral. Misalnya, pemahaman konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibandingkan dengan sikap serta tingkah lakunya dalam kaitannya dengan tenggang rasa, memungkinkan kita menempatkan individu dalam satu kontinum.
a. Diujung paling kiri kita kelompokkan individu yang hampir-hampir/sama sekali tidak tahu tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa
b. Diujung paling kanan terdapat individu yang baikpengetahuan maupun tingkah lakunya mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.
9. Upaya mengembangkan nilai norma dan sikap remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja adalah
a. Menciptakan komunikasi
Yaitu, dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Dan dapat diketahui pula bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama
b. menciptakan iklim lingkungan yang serasi
yaitu masyarakat bisa menciptakan sistem lingkungan yang serasi dan kondusif, serta remaja diberi kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral.
Emosi merupakan perasaan-perasan yang dipengaruhi dari warna afektif. Warna afektif yang dimaksud disini adalah perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari. Disamping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, senang, cinta, marah, takut, cemas dan benci. Pada saat emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa:
a. Peredaran darah ; bertambah cepat bila marah
b. Reaksi elektris pada kulit ; meningkat bila terpesona
c. Denyut jantung ; bertambah cepat bila terkejut
d. Pernapasan ; bernapas panjang kalau kecewa
e. Pupil mata ; membesar bila marah
f. Bulu roma ; berdiri kalau takut, dsb.
Karakteristik Perkembangan Emosi
a. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain.
b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
1. kemarahan dan permusuhan
rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
d. Ketakutan dan Kecemasan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
3. Hubungan antara emosi dan tingkah laku
Seorang yang kadang mengalami emosi, akan mempengaruhi tingkah laku yang ia lakukan. Misalnya, dia akan merasa kesulitan berbicara, ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Sikap-sikap takut,malu-malu atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi-situasi tertentu.
4. Perbedaan individual dalam perkembangan Emosi
Perbedaan perkembangan emosi pada anak sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya., dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingan dengan anak-anak yang kurang pandai. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.
5. Pengertian dan saling keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap serta pengaruhnya terhadap tingkah laku.
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya, adat kebiasaan dan sopan santun (sutikna, 1988:5).nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang termasuk dalam sila kemanusiaan yang beradil dan beradab, antara lain:
a. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia
b. mengembangkan sikap tenggang rasa
c. tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dsb.
Kaitannya antara nilai dan moral:
Moral adalah ajaran tenggang baik-buruk, perbuatan, kelakuan akhlak, kewajiban, dsb.(purwa darminto, 1957:957). Dalam kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai hidup maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud. Dengan demikian keterkaitan antara nilai, moral dan sikap tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai.
6. karakteristik nilai, moral dan sikap remaja.
a. pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrae
b. keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c. penilaian moral menjadi semakin kognitif
d. penilaian moral menjadi kurang egoistik
e. penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal
dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kolhberg mengemukakan 6 tahap(stadium) perkembangan moral.
1. prakonvensional
2. konvensional
3. postkonvensional
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Teori-teori lain yang lain yang nonpsikoanalisis beranggapan bahwa hubungan teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh kohlberg menunjukan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Dalam perkembangan nilai kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Moral yang sifatnya penalaran menurut kohlberg perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget.
8. Perbedaan individual dalam perkembangan nilai, moral, dan sikap
Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi(kohlberg, 1963). Menurut kohlberg, faktor kebudayaan mempengaruhi perkmbangan moral. Terdapat rangsangan yang diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tahap perkembangan moral. Misalnya, pemahaman konsep dan nilai tenggang rasa, bila dibandingkan dengan sikap serta tingkah lakunya dalam kaitannya dengan tenggang rasa, memungkinkan kita menempatkan individu dalam satu kontinum.
a. Diujung paling kiri kita kelompokkan individu yang hampir-hampir/sama sekali tidak tahu tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa
b. Diujung paling kanan terdapat individu yang baikpengetahuan maupun tingkah lakunya mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.
9. Upaya mengembangkan nilai norma dan sikap remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja adalah
a. Menciptakan komunikasi
Yaitu, dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Dan dapat diketahui pula bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama
b. menciptakan iklim lingkungan yang serasi
yaitu masyarakat bisa menciptakan sistem lingkungan yang serasi dan kondusif, serta remaja diberi kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar